Proses pembuatan kain tenun gedhog secara ringkas dibagi ke dalam 5 tahap, yaitu Menggiling kapas, yaitu memisahkan kapas dari bijinya Musoni, yaitu mengurai kapas yang sudah digiling, kemudian digulung Ngantih, yaitu memintal benang yang dihasilkan dari gulungan kapas. Proses ini sangat membutuhkan ketelitian dan ketekunan Nglikasi, yaitu menggulung benang yang sudah diantih menggunakan sebuah alat tertentu Menenun, yaitu menganyam benang menjadi kain tenun Setiap proses diatas menggunakan alat-alat tradisional yang memiliki nama masing-masing. Kain yang dihasilkan dari menenun selalu memiliki serat yang tebal dan kasar. Namun, hal inilah yang justru menjadi ciri khas dari Batik Gedhog Tuban. Kain gedhog terbagi menjadi 2 warna sesuai bahan dasarnya. Jika kapas yang digunakan sebagai bahan dasar berwarna putih kapas putih, maka kain hasil tenunan juga akan berwarna putih. Jika kapas yang digunakan sebagai bahan dasar berwarna coklat disebut kapas lawa, maka kain hasil tenunan akan berwarna coklat. Harga kapas lawa mencapai 2 kali harga kapas putih. Hal ini dikarenakan hasil panen kapas lawa sering gagal sehingga tidak bisa diolah. Akibatnya petani yang menanam kapas lawa-pun menjadi berkurang. Pada umumnya, batik gedhog jarang digunakan sebagai baju. Masyarakat daerah biasa memakai kain gedhog ini sebagai jarik. Di kota besar, batik gedhog dimanfaatkan sebagai taplak meja atau selendang. Di luar negri, batik gedhog banyak digunakan sebagai selendang, sweater, atau syal karena sangat nyaman digunakan pada musim dingin.
SeratAlami Tumbuhan - Serat Kapas, bahan baku utama membuat benang yang dapat digunakan untuk pembuatan kain. - Serat Kapuk, sering dimanfaatkan dalam industri tekstil berisian. - Serat Pelepah Pisang, selain sering dipakai sebagai bahan tali tambang, serat ini juga bisa digunakan sebagai bahan kerajinan. - Serat Sabut Kelapa, sering digunakan